Fenr : " Kau pernah rasa nak bebas? "
Yesr : " Pernah. Somehow, kita akan rasa juga perkara tu.. "
Fenr : [Sambil mengangguk] " Ya betul.. tapi, bila fikir balik walau seronok tapi tak bahagia "
Yesr : [Turut mengangguk] " Erm, kenapa tetiba tanya ni? "
Fenr : " Salah? "
Yesr : [Menggeleng] " Tak, tapi macam something happens "
Fenr : [Senyum kelat] " Nothing. "
Yesr : " Tengok gaya sudah tahu. Cerita la "
Fenr: " As usual, I won't. You know me right? I am private people. Sometimes, bukan semua perkara boleh diluahkan "
Yesr : " Ok, I got it. Terserah. "
Fenr : " Thanks faham. Anyway, walau nak bebas macam mana sekalipun. Kadang, bila fikir balik rasa macam nak sumbang pada ummah banyak-banyak. "
Yesr : " Tak sanggup lihat orang Islam berpecah dan berhibur bermaksiat ya? "
Fenr : [Merenung jauh] " Betul. Kalau sampai bila pun nak mengharap orang lain, lebih baik kita bergerak dulu. Lagipun, amalan kita dikira kan? Dan, hati ni memang pedih kalau tengok manusia lalai. "
Yesr : " Kau tak rasa diri kau pun lalai? " [Ayat menguji]
Fenr : " Aku pun lalai. Sebab itu, kena sibukkan diri agar tak lalai. "
Yesr : [Angguk puas]
Yesr memeluk Fenr sambil berbisik ; " Kau kena terus berjuang, sahabat. Kalau aku tak lama hidup kau kena teruskan berjuang. Ini amanah. "
Fenr membalas pelukan. Terasa hangat. Air mata sudah mengalir." Kau jangan cakap macam tu. Aku pun sama, kalau aku tak sempat hidup lama, kau sambung juga perjuangan ini dan didiklah pewaris."
" Kematian itu hakikat. Kau jangan risau.. "
Fenr mengangguk. Dia tahu dan sedar. Namun, kalau kematian itu melibatkan orang yang tersayang, memang perit.
Dia teringat satu kata
" Orang yang bijaksana adalah orang yang sentiasa mengingati mati dan bersiap-sedia menghadapinya "
Dia tersenyum, bangga mempunyai sahabat yang sentiasa mengingati mati.
pascaskrip: cerita di atas adalah rekaan namun ambil sahaja iktibar jika ada.
No comments:
Post a Comment